LABORATORIUM ILMU FALAK
Problematika penentuan awal bulan qamariyah khususnya menjelang datangnya awal bulan Ramadan, Syawal dan Dzulhijjah yang dijadikan pedoman umat Islam dalam penentuan ibadah menjadi problem klasik, tetapi selalu aktual. Terkategori klasik karena -secara historis- sejak zaman permulaan Islam, dan masa perkembangan Islam selanjutnya para sahabat, tabi'in, ulama dan pakar hukum Islam selalu menjadikan ketiga awal bulan tersebut sebagai pembahasan dalam penetapannya sampai sekarang.
Demikian pula problem tersebut menjadi wacana aktual karena berbagai para pakar dari berbagai disiplin ilmu baik ahli hisab rukyat, astronom dan ahli lainnya mengkaji dan membicarakan penentuan ketiga awal bulan tersebut sekaligus mencari upaya penyatuannya. Namun demikian, problem tersebut semakin dikaji semakin banyak pula muncul perbedaannya. Sedangkan apabila dilihat dari perspektif sistem dan metode perhitungannya, di Indonesia berkembang dua metode, yaitu pertama sistem hisab urfi, dan kedua sistem hisab hakiki. Di Indonesia, dari dua sistem dan metode perhitungan awal bulan qamariyah tersebut, sistem hisab hakiki tumbuh dan berkembang sangat pesat. Secara kwantitatif, sistem dan metode hisab hakiki berkembang sampai mencapai lebih dari 35 sistem perhitungan.
Selain itu, masih banyak varian-varian di masyarakat yang menganut kepercayaan dan kenyakinan yang berbeda-beda dalam penetapan awal bulan. Di antara masyarakat berbeda-beda dalam mejadikan rukyat sebagai pedoman, yaitu rukyat bil fi’li, rukyat regional, rukyat global, imkan rukyat 2 derajat, imkan rukyat di seluruh Indonesia, imkan rukyat MABIMS, dan imkan rukyat Istambul. Demikian juga terdapat masyarakat yang menggunakan perhitungan Urfi, perhitungan Aboge, dan perhitungan Asapon. Akan tetapi juga tidak dapat diingkari terdapat masyarakat yang berpedoman pada penetapan Arab Saudi, Negara-negara Islam, atau hanya pada kenyakinan dan perhitungan tokoh dan kyai panutan. Perbedaan-perbedaan di atas menjadi sumber munculnya perbedaan dalam berhari raya idul fitri. Karena itu mencari solusi meminimalisi perbedaan tersebut menjadi keniscayaan. Untuk kepentingan itu, peningkatan kapasitas dan kemampuan keterampilan pelaksanaan rukyatul hilal dapat diupayakan dengan mengintegarasikan ilmu hisab rukyat dalam ilmu astronomi agar dapat meningkatkan kemampuan praktis pelaksanaan rukyatul hilal bagi sivitas akademika Fakultas Syariah IAIN Madura di masa yang akan datang.
Secara umum, laboratorium ilmu falak ini bertujuan untuk mempersiapkan kelancaran kegiatan rukyatul hilal khususnya bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah. Secara khusus, kegiatan ini bertujuan: Meperoleh keilmuan praktis dalam melaksanakan rukyatul hilal secara tepat dan akurat. Mengelaborasi legitimasi astronomisnya terhadap keberhasilan rukyatul hilal.