FAWATIH AS-SUWAR: Seni Memulai Komunikasi Efektif dalam Alquran
- Diposting Oleh Admin Web Fakultas Syariah
- Sabtu, 7 Mei 2016
- Dilihat 95 Kali
Disertasi yang disusun oleh Moh. Zahid berupaya mengungkapkan sebagian kecil dari keluasan kalam Allah, yang diberi judul: FAW?TI? AS-SUWAR: Seni Memulai Komunikasi Efektif dalam Alquran. Penelitian ini memposisikan al-Mu??af sebagai media massa cetak, yang diasumsikan sangat aktif dan power full, untuk mempengaruhi komunikan, sebagaimana teori Jarum Hipodermik (Hypodermic Needle Theory), Wilbur Schram (1950 an). Setidaknya ada dua alasan pokok dilakukan penelitian ini,: (a) Kunci keberhasilan proses komunikasi melalui media massa, terletak pada pesan pembuka. Banyak ahli yang mengatakan: “Bila Anda gagal menggaet pembaca pada kata-kata pertama, Anda akan kehilangan pembaca itu.” Kris Cole juga menegaskan hal serupa bahwa: “Cara kita memulai pesan seringkali menentukan hasil komunikasi”. (b) Sebagai media massa, Mu??af Alquran telah memperoleh perhatian dari khalayak yang melebihi media massa lainnya. Menurut para ulama, hal tersebut terjadi karena keluarbiasaan pesan pembuka, yang disebut faw?ti? as-suwar (pembuka surah-pembuka surah). Hasil Penelitian menunjukkan bahwa ulama terdahulu telah menginventarisasi keragaman faw?ti? as-suwar dalam sepuluh kelompok, yang kemudian dijadikan rujukan dan bahkan seakan dibakukan dalam berbagai kitab karya para ulama, meskipun pengelompokannya masih menyisakan kelemahan, karena mencampuradukkan tinjauan struktur kalimat dan muatan pesannya. Jika ragam faw?ti? as-suwar ditinjau dari struktur kalimat semata maka faw?ti? as-suwar dibagi menjadi 11 macam pembukaan. Dan jika ditinjau dari pesannya, faw?ti? as-suwar dikelompokkan menjadi 7 macam pesan. Jika ditinjau dalam perspektif komunikasi massa, posisi dan gaya pengungkapan faw?ti? as-suwar serupa dengan intro pada feature, dengan aksioma “Materi bagus, intro jelek, hasilnya akan jelek. Materi jelek, intro bagus, hasilnya bisa bagus.” Keragaman faw?ti? as-suwar, dalam perspektif penulisan feature, dikelompokkan dalam 12 (sebelas) jenis atau peneliti menyebutnya dengan 12 jenis intro surah. Intro Surah dalam al-Mu??af terbukti mampu secara efektif memengaruhi komunikan terutama pada efek primer yaitu menarik perhatian pembaca dengan segala kekhasan efeknya. Pola yang digunakan bervariasi, yang mengerucut pada 6 kreteria, yaitu (1) mengunakan kalimat yang efektif, variatif, dan bahkan unik/nyentrik, (2) memulai dengan pesan yang bervariasi, penting, menarik/membuat penasaran, dan jujur/objektif walaupun dengan ungkapan imajinatif, (3) memuat pesan dengan beragam fungsi, bukan hanya untuk menambah pengetahuan (kognitif) tetapi dimaksudkan juga untuk menyemaikan benih-benih kebajikan, (4) memilih diksi yang tepat dan gaya bahasa yang indah dan khas, (5) menggunakan beragam teknik komunikasi efektif dan santun, dan (6) memuat pesan yang relevan dengan pesan surahnya. Dari hasil analisis terhadap polanya, dapat dikontruksi model pembukaan komunikasi efektif pada dua unsur utama, yaitu unsur komunikator dan unsur pesan. a. Pada unsur komunikator; Seorang penulis buku, misalnya, harus mampu meyakinkan para pembacanya bahwa dirinya adalah penulis yang hebat. Allah sebagai komunikator Alquran, melalui intro/ pembuka surah,– mampu membangun persepsi positif dengan sangat meyakinkan kepada para pembaca (khalayak), bahwa diri-Nya adalah sumber yang menarik, terpercaya, dan atau berkuasa. b. Pada unsur pesan; Pesan pembuka harus disusun sebaik mungkin. Untuk itu membutuhkan keterampilan tersendiri dari seorang komunikator. Model kemasan pesan pada intro surah, dikemas secara khas dengan 9 kreteria, yaitu (1) menggunakan kalimat yang efektif dan variatif, (2) memuat pesan yang penting dan menarik, (3) menggunakan intro yang menarik dan bervariasi, (4) menggunakan diksi secara cermat, (5) berkomunikasi secara santun, (6) memanfaatkan teknik komunikasi secara tepat, (7) memenuhi kreteria bar??atul istihl?l/?usn al-ibtid?'?t, (8) menggunakan gaya bahasa yang tepat dan indah, dan (9) mengemas komunikasi dengan tataan yang indah dan khas. Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa kunci membangun komunikasi efektif terletak dan terutama pada (1) kemampuan komunikator meyakinkan sasaran komunikasinya, yang seharusnya hal itu dilakukan sejak (2) kalimat-kalimat pembukanya dengan kemasan yang benar, baik, santun dan indah. (Dr. H. Moh. Zahid, M.Ag, Dosen Prodi Hukum Ekonomi Syari’ah STAIN Pamekasan)